Jumat, 27 Februari 2015

Kesempatan beriman

TIDAK ADA KESEMPATAN BERBUAT MAKSIAT
MERUPAKAN SALAH SATU NIKMAT YANG HARUS DISYUKURI


Semoga Kita selalu mendapatkan hidayah Allah Ta’ala dan dijauhkan oleh-Nya kesempatan untuk bermaksiat.
Saya pernah berfikir, apakah saya mampu menahan hawa nafsu jika saya diajak oleh seorang perempuan cantik, punya kedudukan untuk melakukan perbuatan zina, sebagaimana Nabi Yusuf ‘alaihissalam yang mamu mempertahankan keimanannya ketika diajak oleh Zulaikha untuk berzina. DAN INI ADALAH GODAAN SYAHWAT WANITA.

Saya juga pernah berfikir, apakah saya mampu menahan hawa nafsu, jika saya hanya dengan modal tanda tangan, yang dengannya saya akan mendapatkan uang korupsi sebesar satu milyar!!! Apakah saya menolaknya mentah-mentah ataukah saya melakukan trik sana sini yang ujung-ujungnya masuk juga ke rekening saya. inilah yang banyak terjadi dengan para pejabat kita, DAN INI ADALAH GODAAN SYAHWAT HARTA, yang seringkali disebut dengan Korupsi

Saya juga pernah berfikir, apakah saya mampu menahan hawa nafsu, jika saya hanya dengan menipu sedikit, maka jabatan paling tinggi di perusahaan akan saya dapatkan, Apakah saya mampu menahannya atau saya malah melakukan penipuan tersebut demi sebuh TAHTA. DAN INI ADALAH GODAAN SYAHWAT TAHTA.

Jika belum pernah di hadapkan pada sebuah kesempatan untuk bermaksiat dan melakukan dosa, maka bersyukurlah kepada Allah SWT, karena itu merupakan salah satu nikmat besar dalam hidup kita, sebagaimana jika kita selalu diberikan kesempatan untuk taat dan selalu berada dalam keadaan beriman, maka ini juga adalah  salah satu nikmat terbesar dalam hidup kita.


Dan jangan sekali-kali mengganti nikmat-nikmat tersebut dengan siksa-siksa, dengan dalih mencoba-coba, berdoalah selalu agar tidak dirubah ketaatan menjadi kemaksiatan secara tiba-tiba.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ كَانَ مِنْ دُعَاءِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِكَ ».

Artinya: 
“Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Termasuk doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah:
« اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِكَ ».

“Wahai Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan-Mu dari hilangnya nikmat-Mu (dariku), berubahnya kesehatan yang engkau berikan (kepadaku), tiba-tibanya datang siksa-Mu (kepadaku) dan dari seluruh kemurkaan-Mu (kepadaku).” HR. Muslim.

عَنْ أَبَانَ بْنَ عُثْمَانَ يَقُولُ سَمِعْتُ عُثْمَانَ - يَعْنِى ابْنَ عَفَّانَ - يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَنْ قَالَ بِسْمِ اللَّهِ الَّذِى لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَىْءٌ فِى الأَرْضِ وَلاَ فِى السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ لَمْ تُصِبْهُ فَجْأَةُ بَلاَءٍ حَتَّى يُصْبِحَ وَمَنْ قَالَهَا حِينَ يُصْبِحُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ لَمْ تُصِبْهُ فَجْأَةُ بَلاَءٍ حَتَّى يُمْسِىَ ». قَالَ فَأَصَابَ أَبَانَ بْنَ عُثْمَانَ الْفَالِجُ فَجَعَلَ الرَّجُلُ الَّذِى سَمِعَ مِنْهُ الْحَدِيثَ يَنْظُرُ إِلَيْهِ فَقَالَ لَهُ مَا لَكَ تَنْظُرُ إِلَىَّ فَوَاللَّهِ مَا كَذَبْتُ عَلَى عُثْمَانَ وَلاَ كَذَبَ عُثْمَانُ عَلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- وَلَكِنَّ الْيَوْمَ الَّذِى أَصَابَنِى فِيهِ مَا أَصَابَنِى غَضِبْتُ فَنَسِيتُ أَنْ أَقُولَهَا.

Artinya: “Dari Aban bin Ustman, beliau berkata: “Aku pernah mendengar Ustman bin Affan radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang mengucapkan:

بِسْمِ اللَّهِ الَّذِى لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَىْءٌ فِى الأَرْضِ وَلاَ فِى السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
("Dengan Nama Allah yang tidak dapat membahayakan sesuatu apapun dengan nama-Nya di bumi atau di langit, dan Dia adalah Maha mendengar dan Maha Melihat”) sebanyak tiga kali, niscaya tidak menimpanya musibah mendadak sampai pagi dan barangsiapa yang membacanya ketika pagi sebanyak tiga kali, niscaya tidak menimpanya musibah mendadak sampai sore.” Lalu Aban bin Ustman penyakit Al Falij, maka orang yang mendengar darinya hadits itu melihat kepadanya, Lalu Aban berkata kepada orang tersebut: “Kenapa kamu melihat kepadaku, demi Allah, aku tidak berdusta atas nama ustman dan Utsman tidak berdusta atas nama Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam akan tetapi pada hari yang aku tertimpanya, aku marah dan lupa membacanya.” HR. Abu Daud.  

Tidak ada komentar: