Jumat, 09 Oktober 2015

Hikmah Hijrah 3

8 November 2013 M.

Khutbah Pertama

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ

اَلْحَمْدُ لِٰلّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ،اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ اللَّيْلِ عَلَى النَّهَارْ، تَذْكِرَةً لِأُولِى الْقُلُوْبِ وَالْأَبْصَارْ، وَتَبْصِرَةً لِّذَوِي الْأَلْبَابِ وَالْإِعْتِبَارْ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِٰلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهْ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلاَئِقِ وَالْبَشَرْ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَأٰلِهِ وَصَحْبِهِ الْأَطْهَارْ. أَمَّا بَعْدُ.
فَيَآأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ فِيْ سُوْرَةِ الْبَقَرَةِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ،

إِنَّ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا وَالَّذِيْنَ هَاجَرُوا وَجَٰهَدُوا فِي سَبِيْلِ اللهِ أُولٓئِكَ يَرْجُوْنَ رَحْمَتَ اللهِج وَاللهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ.

Muharram dan Hikmah Hijrah
Jama’ah Shalat Jum’at Masjid al-Arsyad yang Dirahmati Allah

Pada kesempatan yang mulia ini, di awal Tahun Baru Islam 1435 Hijriah, marilah kita tingkatkan kualitas takwa kita kepada Allah Subhanahu wa-Ta‘ala, karena takwa adalah sebaik-baik pakaian yang menjaga kehormatan, kemuliaan dan bahkan keindahan diri kita.
Bulan Muharram ini adalah salah satu dari bulan-bulan yang mulia (asyhur al-hurum). Ia dipandang bulan yang utama setelah bulan Ramadhan. Oleh karenanya, kita disunahkan berpuasa terutama pada hari ‘Asyura, yakni menurut pendapat terbanyak tanggal 10 Muharram. Di antara fadilah bulan ini, adalah dipilih oleh Allah SWT sebagai momen pengampuan umat Islam dari dosa dan kesalahan.
Keistimewaan bulan Muharram ini lebih lanjut karena dipilih sebagai awal tahun dalam kalender Islam. Untuk itu, marilah kita bersama-sama mengulas kembali historis Tahun Baru Hijriah, yakni sejarah penanggalan atau penetapan Kalender Islam, yang diawali dengan 1 Muharram. Mengapa para sahabat memilih bulan Muharram sebagai awal penanggalan Islam?

Dalam kitab Shahih al-Bukhari, dalam kitab Manaaqib al-Anshaar (Biografi orang-orang Anshar) pada bab Sejarah Memulai Penanggalan, disebutkan,

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ مَا عَدُّوا مِنْ مَبْعَثِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَا مِنْ وَفَاتِهِ مَا عَدُّوا إِلَّا مِنْ مَقْدَمِهِ الْمَدِينَةَ.

“Dari Sahl bin Sa’d ia berkata: mereka tidak menghitung (menjadikan penanggalan) mulai dari masa terutusnya Nabi saw dan tidak pula dari waktu wafatnya beliau, mereka menghitungnya mulai dari masa sampainya Nabi di Madinah”.

Hal itu dilakukan meskipun tidak diketahui bulan kehadirannya itu, karena sejarah itu sebenarnya merupakan awal tahun. Sebagian sahabat berkata pada Umar, ”Mulailah penanggalan itu dengan masa kenabian”, sebagian berkata: ”Mulailah penanggalan itu dengan waktu hijrahnya Nabi”. Umar berkara, ”Hijrah itu memisahkan antara yang hak (kebenaran) dan yang batil, oleh karena itu jadikanlah hijrah itu untuk menandai kalender awal tahun Hijriah”.

Setelah para sahabat sepakat mengenai peristiwa hijrah dijadikan sebagai awal penanggalan Islam, ada sebagian sahabat yang berpendapat untuk awal bulan Hijriyah itu: ”Mulailah dengan Bulan Ramadhan”, tetapi Umar r.a. berpendapat: ”Mulailah dengan Muharram”, itu karena Muharram merupakan masa selesainya umat Islam dari menunaikan hajinya. Lalu disepakatilah tahun baru hijriah itu dimulai dengan bulan Muharram.

Ibn Hajar dalam kitab Fath al-Baarii, Syarah Kitab Shahih al-Bukhari mengatakan bahwa: ”Sebagian sahabat menghendaki awal tahun baru Islam itu dimulai dengan hijrahnya Nabi, itu sudah tepat. Ia melanjutkan, ada empat hal atau pendapat yang mungkin dapat dijadikan sebagai awal penanggalan Islam, yaitu masa kelahiran Nabi (maulid al-Nabi), masa diutusnya Nabi, masa hijrahnya Nabi, dan masa wafatnya Nabi. Tetapi pendapat yang diunggulkan adalah menjadikan awal tahun baru itu dimulai dengan hijrah karena masa maulid dan masa kenabian itu keduanya tidaklah terlepas dari kontradiksi atau pertentangan pendapat dalam menentukan tahun. Adapun waktu wafatnya beliau itu, banyak tidak dikehendaki oleh para sahabat untuk dijadikan sebagai awal tahun, karena mengingat masa wafatnya beliau itu justru menjadikan kesedihan bagi umat. Jadi kemudian pendapat dan pilihan itu jatuh pada peristiwa hijrah. Kemudian mengenai tidak dipilihnya bulan Rabiul Awal sebagai awal tahun tetapi justru dipilih bulan Muharram sebagai awal tahun karena awal komitmen berhijrah itu ada pada bulan Muharram, sehingga cocoklah hilal atau awal bulan Muharram itu dijadikan sebagai awal tahun baru Islam.”
Menurut satu pendapat, ada banyak hikmah dipilihnya peristiwa hijrah sebagai penanda Kalender Islam, Tahun Baru Hijriah.

Pertama, dengan peristiwa hijrah itu, umat Islam mengalami pergeseran dan peralihan status: dari umat yang lemah kepada umat yang kuat; dari percerai beraian atau perpecahan kepada kesatuan Negara; dari siksaan yang dihadapi mereka dalam mempertahankan agama kepada dakwah dengan hikmah dan penyebaran agama; dari ketakutan disertai dengan kesukaran kepada kekuatan dan pertolongan yang menenteramkan, dan dari kesamaran kepada keterang benderangan, dan dengan adanya hijrah itu terjadi perang Badar, Uhud, Khandaq dan Perjanjian Hudaibiyah (Shulh al-Hudaibiyah), dan setelah 8 (delapan tahun) Nabi kembali ke Makkah al-Mukarramah dengan membawa kemenangan yang dikenal dengan Fath Makkah. Itulah peristiwa-peristiwa yang penting kita ingat. Oleh karena itulah, Alquran menjadikan hijrah itu sebagai sebuah pertolongan. Al Quran mengingatkan kita:

إِلَّۗا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَٰحِبِهِۦ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَاۖ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهٗ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهٗ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَٰىقلى وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا قلى وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ.

Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Mekah); sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada sahabatnya: ”Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan kepadanya (Muhammad) dan membantu dengan bala tentara (malaikat-malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah. Dan firman Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa Maha Bijaksana. (QS. Al-Taubah [9]: 40).

Allah pun telah memuji orang-orang yang berhijrah, dan Nabi setelah hari kemenangan Fath Makkah bersabda:

لاَ هِجْرَةَ بَعْدَ الْفَتْحِ وَلَكِنْ جِهَادٌ وَنِيَّةٌ وَإِذَا اسْتُنْفِرْتُمْ فَانْفِرُوا (مُتَّفّقٌ عَلَيْه) وَمَعْنَاهُ :لاَ هِجْرَةَ مِنْ مَكَّةَ لأَنَّهَا صَارَتْ دَارَ إِسْلاَمِ.

”Tidak ada hijrah setelah penaklukan kota Mekkah, akan tetapi jihad dan niat, dan jika kalian diminta untuk pergi berjihad maka pergilah” (Muttafaq ‘alaih dari jalur ‘Aisyah r.a.)

Maknanya : Tidak ada hijrah dari Mekkah karena dia telah menjadi negeri Islam. Hijrahnya Rasul dari Makkah ke Madinah bukanlah sekadar peristiwa dalam sejarah Islam, tetapi banyak petuah dan pelajaran berharga bagi kita, yang terpenting di antaranya adalah bahwa Nabi saw ketika keluar dari Makkah berhijrah menuju Madinah itu tidaklah dalam keadaan membenci penduduk Makkah, justru beliau cinta kepada penduduk Makkah. Oleh karena itu ketika beliau keluar meninggalkan Makkah beliau berkata: ”Demi Allah, seandainya aku tidak akan binasa karena mereka mengeluarkanku darimu Makkah maka tiadalah aku keluar darimu”. Ini menunjukkan betapa kecintaan beliau kepada Makkah dan penduduk Makkah, sebagaimana maqalah popular menyatakan cinta kepada tanah air itu merupakan bagian dari iman.

Dan satu hal yang penting dalam hijrah adalah bahwa hijrah itu adalah bermakna luas, sebagaimana disebutkan dalam hadis yang mulia bahwa: ”Orang yang berhijrah itu adalah orang yang berhijrah yakni meninggalkan apa-apa yang dilarang orang Allah”. Hijrah di sini bermakna luas, meninggalkan adat atau tradisi fanatisme kesukuan, dan menegaskan hijrah itu meninggalkan dari segala yang dilarang oleh Allah dan yang di dalamnya membahayakan manusia.

Ma’âsyiral Muslimîn Rahimakumullâh

Oleh karena itulah, memuliakan bulan Muharram dan memperingati Tahun Baru Hijrah harus memperhatikan hikmah atau pelajaran yang berharga dari peristiwa hijrahnya Nabi SAW dan para sahabatnya sebagai berikut.
1. Hijrah itu adalah perpindahan dari keadaan yang kurang mendukung dakwah kepada keadaan yang mendukung.
2. Hijrah itu adalah perjuangan untuk suatu tujuan yang mulia, karenanya memerlukan kesabaran dan pengorbanan.
3. Hijrah itu adalah ibadah, karenanya motivasi atau niat untuk kebaikan dan kemaslahatan.
4. Hijrah itu harus untuk persatuan dan kesatuan, bukan perpecahan.
5. Hijrah itu adalah jalan untuk mencapai kemenangan.
6. Hijrah itu mendatangkan rizki dan rahmat Allah.
7. Hijrah itu adalah teladan Nabi dan para sahabat yang mulia, yang seyogyanya kita ikuti.

Kaum Muslimin yang dikasihi Allah

Sebagai penutup khutbah ini, marilah kita renungkan firman Allah dalam surat al-Anfaal (8) ayat 74:

وَالَّذِينَ ءَامَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوْا فِيِ سَبِيْلِ اللهِ وَالَّذِيْنَ ءَاوَوْا وَنَصَرُوْا أُوْلٓئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ حَقًّاج لَّهُم مَّغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ.

Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang muhajirin), mereka itulah orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki (nikmat) yang mulia.

Demikian khutbah singkat ini semoga bermanfaat. Semoga melalui tahun baru Hijriyah 1435 ini kita dan keluarga kita, masyarakat kita, dan bangsa kita Indonesia, dapat berhijrah kepada kebaikan dan kemuliaan. Amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بِاْلُقْرءَانِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Kedua

نَحْمَدُ اللهَ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ، وَنَعُوْذُ بِهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئاَتِ أَعْمَالِنَا، أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ خَلْقِهِ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اتَّبَعَ الْإِسَلاَمَ دِيْناً. أَمَّا بَعْدُ. أَيُّهَا النَّاسُ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالمْؤُمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ وَارْحَمْهُمْ إِنَّكَ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ يَا قَاضِيَ الْحاَجاَتِ. َللَّهُمَّ أَعِزَّ الِإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلاَةَ الْمُسْلِمِيْنَ بِمَا فِيْهِ صَلاَحُ الِإِسْلاَمِ وَالْمُسْلِمِيْنَ. رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاَةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَآءِ. رَبَّنَا أتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّءْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا. رَبَّناَ لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا. رَبَّنَا أتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللهْ إِنَّ اللهَ يَعْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي اْلقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ اْلفَخْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِ يَزِدْكُمْ وَاسْئَلُوْا مِنْ فَضْلِهِ يَعِظُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

This entry was posted in Khutbah Jumat.

Hijrah, Tahun Baru dan Bela Negara

POSTED ON NOVEMBER 5, 2013 UPDATED ONNOVEMBER 5, 2013

[Mukaddimah] Dalam rangka memperingati Tahun Baru Islam 1435 Hijriyah, yang bertepatan dengan Hari Selasa, 5 November 2013 M, berikut dipostingkan kembali teks khutbah terkait Tahun Baru Hijriah 1431, yang disampaikan pada tahun 2010. Moga ada manfaat, membawa kemaslahatan bagi kita semua. Amiin.

HIJRAH, TAHUN BARU

DAN BELA NEGARA

 

Khutbah Jum’at

 

Oleh Ust. Ahmad Ali MD, MA

di Masjid Jâmi` al-Arsyad

 

Paburan Sibang, Pabuaran Karawaci

Kota Tangerang Banten

26 Dzulhijjah 1431 H.

3 Desember 2010 M.

 

 

 

Khutbah Pertama

 

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

 

 

الحمد لله الواحد القهار،
العزيز الغفار، مكور الليل على النهار، تذكرة لأولى القلوب والأبصار، وتبصرة لذوي الألباب والإعتبار. أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله  سيد الخلائق والبشر. أللهم صل وسلم على سيدنا محمد وأله وصحبه الأطهار. أما بعد.

فياأيها المسلمون! أوصيكم ونفسي بتقوى الله وطاعته فقد فاز من اتقى. فقال الله تعالى في كتابه الكريم في سورة البقرة: أعوذ بالله من الشيطان الرجيم،

 

 

إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللهِ أُوْلاَئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللهِ وَاللهُ غَفُورُُ رَّحِيمُُ .

 

 

 

          
Hijrah, Tahun Baru dan Bela Negara

Ma`âsyiral Muslimîn Rahimakumullâh

Pada kesempatan yang mulia ini marilah kita tingkatkan kualitas keimanan kita untuk menjadi pribadi-pribadi yang berhijrah, yakni berpindah dari segala kerendahan kepada keluhuran, dari kebodohan kepada kealiman, dari kemaksiatan kepada ketaatan, dan dari kedurhakaan kepada ketakwaan.

Sebentar lagi, di Bulan Desember ini, kita akan memasuki tahun baru Hijriah 1432, yang kemudian pula akan disusul dengan tahun baru Masehi 2011. Tidak terasa kita bertambah umur semakin tua pada satu sisi, dan berkurang jatah umur kita pada sisi yang lain.

Tahun hijriyah adalah sistem kalender atau penanggalan Islam, dimulai dengan Bulan Muharram, yang dibuat pada masa Khalifah ‘Umar bin al-Khattab, menandai peristiwa hijrahnya Nabi SAW dari Makkah ke Yasrib-Madinah. Dari peristiwa sejarah ini kita diingatkan pada suatu peristiwa yang monumental, yaitu perjalanan hijrahnya Nabi, kiprah dan peran beliau dalam meletakkan dasar-dasar kehidupan ber-masyarakat, berbangsa, dan bernegara yang populer dengan sebutan Piagam Madinah atauKonstitusi Madinah.

Di tempat transitnya, sebelum sampai di Madinah, di Qubâ’ Nabi membangun Masjid Qubâ’, dan ketika sampai di Yasrib-Madinah, pun beliau juga membangun masjid yang dikenal dengan Masjid al-Nabawî. Dari sini jelas, bahwa pertama-tama yang diajarkan Nabi adalah tauhîd disertai dengan membangun sarana dan juga simbol tauhîd, kesatuan dan persatuan untuk beribadah dan bertakwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla, bukan semata-mata individual namun justeru secara berjamaah (kolektifitas). Hal itu sesuai dengan penegasan surat al-Taubah ayat 108:

 

…. لَمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَى مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَنْ تَقُومَ فِيه …

 
”….Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa, sejak hari pertama adalah lebih patut kamu bersembahyang (beribadah) di dalamnya…” (QS. al-Taubah: 108)

Masjid, sejak masa Nabi dan hingga kini, bagi umat Islam mempunyai kedudukan dan peran yang istimewa dalam berbagai aspek kehidupan. Namun saat ini kedudukan masjid di tanah air, pada umumnya, lebih sebagai sebuah simbol tempat aktivitas ibadahmahdhah, khususnya shalat. Padahal fungsi dan peran masjid bukanlah sekadar itu. Masjid menjadi tempat yang strategis dan demokratis untuk kegiatan yang maslahat. Dikatakan strategis dan demokratis karena semua orang bisa masuk masjid, tanpa ada diskriminasi, seperti sistem penjenjangan atau levelisasi kelas; dari anak-anak, remaja, dewasa hingga orang tua; baik laki-laki maupun perempuan; kaya maupun miskin; dst. Keterbelakangan umat Islam dalam berbagai bidang kehidupan, salah satu indikatornya, bisa dilihat dari optimal atau tidaknya fungsi dan peran masjid. Justru ironis, jika masjid dijadikan sarana provokasi kemandekan berpikir kreatif yang positif, menyebarkan radikalisme atau premanisme dan terorisme. Dari sini perlu dan penting dilakukan revitalisasi fungsi dan peran masjid dalam konteks kekinian. Revitalisasi peran masjid itu dilakukan dengan cara-cara: 
pertama, improvisasi model dakwah yang progresif, humanis, dan transformatif. Ini untuk menciptakan suasana yang harmonis, damai antara sesama umat Islam dan dengan umat lainnya. Juga untuk menghadang lajunya premanisme, radikalisme, terorisme, dan kekerasan dalam berbagai bentuknya. Karena ini juga merupakan jihad perdamaian (peaceful jihad).
Kedua, meningkatkan peran masjid dalam kerangka meningkatkan kualitas pendidikan umat. Karena dengan pindidikan manusia akan tercerahkan dan terarah jalan kehidupannya. Dan tentunya yang ketiga, meningkatkan dan mengoptimalkan peran masjid sebagai sarana pemberdayaan dan peningkatan kualitas ekonomi umat, khususnya jamaah masjid. Untuk itu perlu diperhatikan kondisi jamaah masjid: bagaimana keadaan pemenuhan kebutuhan pokoknya, masjid bisa menjadi sarana pemberdayaan ekonomi dhu’afâ’melalui optimalisasi fungsi dan manfaat zakat, infaq dan shadaqah.

 

Saudara-Saudara Kaum Muslimin Rahimakumullah

Setelah diawali dengan membangun masjid, di Madinah, tempat hijrah Nabi,  kemudian beliau membangun sebuah Negara Islam berdaulat zaman itu. Dalam membangun Madinah beliau membuat Piagam Madinah. Yaitu sebuah perjanjian tertulis antara Nabi dengan penduduk Madinah yang beragam backgrounddan agamanya dalam kerangka membangun dan menjaga Negara Madinah. Kemudian Madinah menjadi tempat terpeliharanya keragaman atau masyarakat majemuk (pluralis), yang dipersatukan dengan Piagam Madinah.

Secara singkat, Piagam Madinah itu memuat dasar-dasar dan prinsip-prinsip hidup bermasyarakat dan bernegara, yang berisi dua hal pokok. Pertama, umat Islam, baik imigran (muhâjirûn) maupun penduduk pribumi (anshâr), yang terdiri dari berbagai suku, adalah satu umat, satu komunitas (ummatan wâhidah), sehingga mereka harus bersatu.

Kedua, sesama muslim dan hubungan antara komunitas Islam dan komunitas lain berdiri di atas lima prinsip: (1) bertetangga dengan baik; (2) satu sama lain saling membantu, termasuk dalam hal menghadapi musuh bersama; (3) membela mereka yang teraniaya; (4) satu sama lain saling menasihati dalam kebaikan; dan (5) saling menghormati agama masing-masing.

Dalam konteks Indonesia, Piagam Madinah itu telah mengilhami lahirnya Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia, sebagaimana yang dirumuskan dalam Piagam Jakarta. Dengan demikian Pancasila adalah selaras dengan ajaran Islam sebagaimana yang dirumuskan dalam Piagam Madinah.

Piagam Madinah pun saat ini relevan dijadikan pelajaran di tengah-tengah sering terjadinya tindakan premanisme, anarkhisme, perkelahian, dan pertikaian antara kelompok, terorisme dsb. Piagam Madinah juga menjadi relevan dengan butir penting dalam amanat UUD 1945 tentang bela atau pembelaan Negara, yang merupakan upaya membina potensi SDM (sumber daya manusia) agar mampu menjamin kelangsungan hidup bangsa dan Negara. Kewajiban bela Negara itu sebagaimana tercantum dalam pasal  27 ayat (3): Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.” dan pasal 30 UUD 1945: ”Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara dan Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang”

Yang dimaksud bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya.

Kesadaran bela negara itu hakikatnya merupakan bentuk kesediaan untuk berbakti pada negara dan berkorban membela negara. Spektrum bela negara itu begitu luas, mulai dari yang paling halus, hingga yang paling keras: dari hubungan baik sesama warga negara sampai bersama-sama menangkal ancaman nyata musuh bersenjata. Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan Negara.

Maka dari itu, hijrah, dan tahun baru Hijriyah, mengingatkan kita pada warisan monumental Nabi SAW berupa Piagam Madinah yang hendaknya dapat kita terapkan dalam konteks bela negara, sehingga kita bisa optimis menatap masa depan Indonesia yang lebih cemerlang, maju, dan bermartabat, bahkan di tingkat regional dan global. Amîn. Semoga pula kita menjadi orang yang panjang usianya, panjang umurnya, dan yang baik amal perbuatannya. Amîn.

Sebagai penutup khutbah ini marilah kita ikuti firman Allah SWT dalam surat al-Ahzab (33) ayat 21:

 

 

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا.

 

 

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

بارك الله لي ولكم بالقرءان العظيم ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم  وتقبل الله منا ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم.

 

 

 

Khutbah Kedua

 

الحمد لله، نحمده نستعينه ونستهديه، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، أللهم صل وسلم على سيدنا محمد خير خلقه وأله وصحبه ومن اتبع الإسلام دينا. أما بعد.أيها الناس! أوصيكم ونفسي بتقوى الله وطاعته فقد فاز المتقون.

فقال الله تعالى إرشادا وتعليما.

إن الله وملائكته يصلون على النبي يا أيها الذين أمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما.

أللهم صل على سيدنا محمد وعلى أل سيدنا محمد كما صليت على سيدنا إبراهم وعلى أل إبراهم، وبارك على سيدنا محمد وعلى أل سيدنا محمد، كما باركت  على سيدنا إبراهم وعلى أل إبراهم في العالمين إنك حميد مجيد.

اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات وارحمهم إنك مجيب الدعوات يا قاضي الحاجات. اللهم أعز الإسلام والمسلمين. اللهم أصلح ولاة المسلمين بما فيه صلاح الإسلام و المسلمين. ربنا أتنا من لدنك رحمة وهيء لنا من أمرنا رشدا. ربنا لاتزغ قلوبنا بعد اذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب. ربنا هب لنا من أزواجنا وذرياتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما. ربنا أتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار.

 عباد الله إن الله يعمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفخشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلكم تذكرون،  فاذكرواالله العظيم يذكركم واشكروه على نعم يزدكم واسئلوا من فضله يعطكم ولذكر الله أكبر. 

——-

 

Tidak ada komentar: