Selasa, 24 Oktober 2017

Menunda malam pertama


Fathoni, NU Online | Selasa, 13 September 2016 16:00

Bercerita tentang sosok Gus Dur memang tidak ada habisnya. Mulai dari saat masih aktif di Nahdlatul Ulama, tatkala menjadi presiden, memimpin partai politik dengan segala sisi-sisi kontoversialnya, konsistensinya dalam memperjuangkan kemanusiaan, hingga kisah cintanya pun rasanya tidak pernah bosan untuk dinikmati. Mungkin rasa candu itu bisa diibaratkan layaknya segelas kopi hitam yang harus tersedia di pagi hari bagi para penikmatnya.  

Membincang kisah romantisme Gus Dur dengan Shinta Nurya Dewi ternyata tidak semudah seperti anak muda di zaman ini yang bisa dibeli hanya dengan sekuntum bunga mawar. Bagaimana tidak sulit? Lah wong Gus Dur sering ditolak kok sama Bu Sinta. Ah, masa seorang cucu pendiri NU, anak dari Mantan Menteri Agama bisa ditolak cewek? Begini ceritanya, romantisme jalinan cinta ini berawal dari sebuah pesantren di Jombang tempat Shinta Nuriya Dewi menuntut ilmu. Gus Dur muda yang saat itu menjadi guru sudah berani melamar Sinta yang masih berumur 13 tahun. Merasa masih sangat belia, kontan rasa cinta Gus Dur  ditolak oleh Shinta. 

Gus Dur segera meminang Shinta sebab dia akan pergi lama ke Mesir untuk melanjutkan studinya. Gus Dur melakukan pendekatan intensif, berbagai strategi pun dia coba. Mulai dari main catur dengan ayah Shinta, kemudian berlanjut melakukan ‘PDKT’ ke ibunya, ke nenek, baru setelah itu ke Shinta langsung. Jadi, ibarat bus, kisah cinta Gus Dur ini harus melewati beberapa terminal pemberhentian. Namun berbagai usaha keras ini ternyata tidak juga menaklukan hati Shinta.

Sering mendapat penolakan, tidak juga membuat Gus Dur putus asa. Sebelum berangkat ke Mesir, Gus Dur melakukan strategi selanjutnya, seorang teman ia suruhlah mengantar surat yang isinya kurang lebih apakah Shinta bersedia menjadi istrinya. Si pengantar surat ini menunggu lama untuk mendapatkan jawaban dari Shinta yang kala itu sudah berumur 14 tahun. Shinta muda bimbang, mau menolak secara terang-terangan tapi dia juga sadar bahwa Gus Dur adalah gurunya. 

Alasan inilah yang membuat Shinta sedikit sungkan. Namun karena kejeniusannya, Shinta membalas surat tersebut dengan jawaban yang diplomatis. Dia menulis bahwa jodoh, hidup, dan mati seseorang itu ada di tangan Tuhan, kalau kita berjodoh, meski berjauhan pun nanti suatu saat juga akan dipertemukan, namun tatkala tidak berjodoh, meski dekat juga tidak akan bertemu. Dengan jawaban ngambang itulah akhirnya Gus Dur pergi ke Mesir tentu dengan perasaan sedih. 

Singkat cerita, di Mesir Gus Dur terlampau sibuk berorganisasi hingga kulianya pun tak semulus yang dikira. Selain itu, mata kuliah di sana kurang begitu greget bagi Gus Dur, pasalnya, materi yang di ajarkan sudah ia pelajari sebelumnya di Indonesia tatkala ia masih menjadi seorang santri. Akhirnya 2 tahun itu Gus Dur tak selesai kuliah, lalu pindah ke Irak. Selama di Mesir itulah Gus Dur dan Sinta saling mengirim surat. Kegiatan ini berlangsung hingga Gus Dur pindah ke Irak. 

Lambat laun, surat-surat yang dikirim Gus Dur itu akhirnya mampu mengetuk hati Shinta. Dalam surat balasannya, Shinta menulis Anda sudah berhasil menumbuhkan benih cinta di hati saya. Kontan hal ini membuat Gus Dur kembali sumringah. Begitu dapat surat itu tidak berapa lama keluarganya melamar. Akhirnya, 11 Juli 1968 pernikahan keduanya dilangsungkan. Gus Dur yang saat itu masih di Irak meminta agar diwakilkan  oleh kakeknya Kiai Bisri Syansuri yang berusia 68 tahun. Kontan meskipun sudah resmi menikah Gus Dur dan Shinta harus menunggu 3 tahun untuk melaksanakan bulan madu, ya nunggu Gus Dur pulang baru bisa merasakan indahnya malam pertama.***

Muhammad Faishol, mantan wartawan Jawa Pos Radar Malang yang saat ini sebagai Chief Editor di Media Santri NU (MSN)/mediasantrinu.com, Santri Sholawatul Qur’an Banyuwangi dan Sabilurrosyad Gasek Malang.

Kamis, 21 September 2017

Shalat Hadiah Lil Mayyit

Sembahyang Hadiyah untuk Mayit
Ulil, NU Online |
Selasa, 20 Maret 2012 15:23
Kematian bagi makhluk hidup adalah suatu kemestian. Meskipun berbeda cara dan penyebabnya sakit, tua, kecelakaan, dan seterusnya. Jasadnya pun, bisa dimana saja, atau musnah sama sekali tanpa bekas. Kematian lambat atau cepat adalah mutlak bagi makhluk termasuk manusia.

Manusia adalah makhluk yang terbebani tanggung jawab dalam hayatnya, terutama terhitung sejak baligh. Perbuatan manusia akan dibalas menurut baik dan buruknya. Pertanggungjawaban mereka akan dihisab kelak di hari Kiamat. Allah sebagai hakim yang adil, takkan keliru dalam menghitung dan mengadili amal setiap orang.<>Namun, sebelum pembalasan hari Kiamat, nikmat dan siksa kubur benar adanya. Manusia yang telah terpisah jiwa dari raganya, akan didatangi malaikat untuk pertanyaan tentang Tuhan, rasul, pedoman hidup dan seterusnya. Malaikat ini akan bersikap sesuai perintah, menyiksa dan memberikan nikmat bagi mayit.

Manusia kecuali para rasul, dalam hidupnya tak lepas dari dosa. Dosa inilah yang lalu mesti ditebus dengan siksa kubur oleh yang bersangkutan. Jerit pedih mereka yang sudah mati memang tak didengar oleh manusia yang hidup. Dalam keterangan Rasulullah, hanya hewan hidup lah yang mendengar jeritan mayit yang tersiksa. Mayit pun harus menanggung kelakuan buruknya di dunia. Mereka hanya bisa menerima siksa tanpa bisa melakukan sesuatu apapun.

Mengingat itu, kita yang masih hidup mesti mengambil satu langkah agar dapat meringankan siksa kubur mayit. Lebih istimewa lagi, kita lakukan terhadap orang yang kita kenal, cintai atau yang sangat berjasa dalam kehidupan kita, orang tua, guru, atau kiai.

Diantaranya dengan memberikan hadiah kepada mayyit. Hadiah itu bisa berupa shalat dua rakaat atau berupa sedekah yang pahalanya ditujukan kepada mayyit. Seperti yang diterangkan Rasulullah SAW dalam sabdanya;

روي عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال لا يأتى على الميت أشد من الليلة الأولى, فارحموا بالصدقة من يموت. فمن لم يجد فليصل ركعتين يقرأ فيهما: أي في كل ركعة منهما فاتحة الكتاب مرة, وآية الكرسى مرة, وألهاكم التكاثر مرة, وقل هو الله أحد عشر مرات, ويقول بعد السلام: اللهم إني صليت هذه الصلاة وتعلم ما أريد, اللهم ابعث ثوابها إلى قبر فلان بن فلان فيبعث الله من ساعته إلى قبره ألف ملك مع كل ملك نور وهدية يؤنسونه إلى يوم ينفخ فى الصور.

Diriwayatkan dari Rasulullah, Ia bersabda, “Tiada beban siksa yang lebih keras dari malam pertama kematiannya. Karenanya, kasihanilah mayit itu dengan bersedekah. Siapa yang tidak mampu bersedekah, maka hendaklah sembahyang dua raka‘at. Di setiap raka‘at, ia membaca surat Alfatihah 1 kali, Ayat Kursi 1 kali, surat Attaktsur 1 kali, dan surat Al-ikhlash 11 kali. Setelah salam, ia berdoa, ‘Allahumma inni shallaitu hadzihis shalata wa ta‘lamu ma urid. Allahummab ‘ats tsawabaha ila qabri fulan ibni fulan (sebut nama mayit yang kita maksud),’ Tuhanku, aku telah lakukan sembahyang ini. Kau pun mengerti maksudku. Tuhanku, sampaikanlah pahala sembahyangku ini ke kubur (sebut nama mayit yang dimaksud), niscaya Allah sejak saat itu mengirim 1000 malaikat. Tiap malaikat membawakan cahaya dan hadiah yang kan menghibur mayit sampai hari Kiamat tiba.” [Syekh Nawawi Albantani, Nihayatuz Zain, (Bandung, Almaarif) Hal. 107].

Hadiah semacam ini dalam tradisi Islam Nusantara dikenal dengan berbagai sebutan sesuai kaedah local masing-masing. Ada yang menyebutnya ‘tahlilan’, ada yang menyebutnya arwahan, ada yang menyebut samadiahan dan lain sebagainya. Semua itu merupakan perilaku terpuji yang telah me-tradisi dalam wacana Islam Nusantara. Begitu pula dengan shalat hadiah dua rakaat untuk mayit, yang kesunnahannya dilakukan saat malam pertama mayit meninggal. Walaupun taka apa pula jika dilakukan setelah jauh-jauh hari sepeninggal si mayit.

Pahala dari berbagai hadiah itu juga mengalir bagi kita yang masih hidup dan melakukannya, seperti yang diterangkan dalam sebuah hadits

أن فاعل ذلك له ثواب جسيم, منه أنه لا يخرج من الدنيا حتى يرى مكانه فى الجنة.

“Siapa saja yang melakukan sedekah atau sembahyang itu, akan mendapat pahala yang besar. Di antaranya, ia takkan meninggalkan dunia sampai melihat tempatnya di surga kelak.”
Sejumlah ulama menganjurkan akan baiknya sembahyang 2 raka‘at ini. Ringan dan mudah dilakukan, “Beruntunglah orang yang melakukan sembahyang ini setiap malam dan menghadiahkan pahalanya untuk mayit kaum muslimin.”

Sebagai umat Islam, kita dipanggil untuk peduli dan menanam bibit kasih sayang terhadap alam, hewan dan manusia baik hidup maupun sudah meninggal. Hanya saja, bentuk kasih yang dipersembahkan mesti disesuaikan bagi penerimanya. Untuk saudara kita yang sudah meninggal, kita bisa melakukan sedekah dan sembahyang 2 raka‘at di atas.

Inilah yang dicontohkan Rasulullah SAW. para ulama dan kiai mengawetkan ajaran luhur Rasulullah dengan menuliskan, mengajarkan, menyontohkannya kepada masyarakat luas. Dengan demikian, ajaran Nabi Muhammad SAW. akan lestari hingga hari akhir kelak.

Redaktur: Ulil A. Hadrawiy
Penulis: Alhafiz Kurniawan

http://www.nu.or.id/post/read/37047/sembahyang-hadiyah-untuk-mayit

Senin, 18 September 2017

Doa maulid

Do’a Sebelum dan Sesudah Membaca Shalawat Nabi (Do’a Habib ‘Abdullah bin ‘Alwi Al-Haddad)

Umat Islam berbagai penjuru dunia termasuk di Indonesia menyambut penuh kegembiraan atas kedatangan manusia teragung yang lahir di muka bumi ini. Inilah hari maulid nabi yang agung. Acara-acara pun digelar untuk meramaikan maulid nabi seperti pembacaan sirah Rasulullah yang diuntai dalam bait syair-syair yang indah seperti kitab maulid Al-Barzanji, Simthudduror, Burdah, dan lain-lain. Sholawat pun berkumandang di mana-mana.

Ada 3 alasan utama mengapa maulid nabi perlu diperingati. Pertama, ini adalah salah satu ungkapan rasa syukur kepada Allah subhanu wa ta’ala atas kelahiran Nabi Muhammad Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa shahbihi wa sallam dan juga bukti syukur kita karena Allah subhanahu wa ta’ala telah mengutus nabi dan rasulNya Muhammad sebagai rahmat sekalian alam. Yang kedua, ini adalah bentuk terimakasih kepada Nabi Muhammad Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa shahbihi wa sallam yang telah mengajarkan Islam dan membimbing umat sehingga kita bisa mengenal Allah subhanhu wa ta’ala. Dan yang ketiga, maulid nabi perlu diadakan di zaman sekarang ini adalah agar umat Islam mengenal siapa nabinya, mengenal rasulnya, mengenal Nabi Muhammad Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa shahbihi wa sallam sehingga kita bisa mencontoh dan meneladani beliau shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa shahbihi wa sallam.

Untuk itulah mari kita sambut dengan gembira hari maulid nabi. Jangan sampai kita mengikuti iblis dan sekutunya yang malah bersedih Nabi Muhammad Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa shahbihi wa sallam. Hanya golongan iblis dan komplotannya sajalah yang tidak menyukai maulid nabi.

“Sesungguhnya Iblis berteriak sambil menangis pada empat kejadian: Pertama ketika ia dilaknat oleh Allah, Kedua ketika ia diusir ke bumi, Ketiga ketika Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan, dan Keempat ketika surat al-Fatihah diturunkan “ (Disebutkan oleh Syaikh Ibnu Muflih dari Ibn Mukhlid yang mengisahkan kisah ini dari Hasan al-Bashri).

Demi menyambut maulid nabi ini, kami sengaja sajikan kepada siapapun para pecinta Nabi Muhammad Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa shahbihi wa sallam sebuah do’a yang mulia. Sebuah do’a yang dikarang oleh Habib ‘Abdullah bin ‘Alwi Al-Haddad, shohibur ratib Al-Haddad, yaitu do’a sebelum bershalawat dan do’a sesudah membaca shalawat.

DO’A SEBELUM MEMBACA SHALAWAT (DO’A HABIB ‘ABDULLAH BIN ‘ALWI AL-HADDAD)

اَللّٰهُمَّ اِنِّيْ نَوَيْتُ بِصَلَاةِ هَذِهِ عَلَى النَّبِيِّ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, اِمْتِثَالًا لِأَمْرِكَ, وَتَصْدِيْقًا بِكِتَابِكَ, وَاتِّبَاعًا لِنَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, وَمَحَبَّةً فِيْهِ, وَشَوْقًا اِلَيْهِ, وَتَعْظِيْمًا لِحَقِّهِ, وَتَشْرِيْفًا لَهُ, وَلِكَوْنِهِ اَهْلًا لِذٰلِكَ, فَتَقَبَّلْهَا اللّٰهُمَّ بِفَضْلِكَ وَجُوْدِكَ وَكَرَمِكَ وَاِحْسَانِكَ, وَأَزِلْ حِجَابَ الْغَفْلَةِ عَنْ قَلْبِيْ, وَاجْعَلْنِيْ مِنْ عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ. اَللّٰهُمَّ زِدْهُ شَرَفًا عَلَى شَرَفِهِ الَّذِىْ اَوْلَيْتَهُ, وَعِزًّا عَلَى عِزِّهِ الَّذِىْ اَعْطَيْتَهُ, وَنُوْرًا عَلَى نُوْرِهِ الَّذِىْ مِنْهُ خَلَقْتَهُ, وَاَعْلِ مَقَامَهُ فِيْ مَقَامَاتِ الْمُرْسَلِيْنَ, وَدَرَجَتَهُ فِيْ دَرَجَاتِ النَّبِيِّيْنَ, وَأَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ, وَرِضَاهُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ, مَعَ الْعَافِيَةَ الدَّآئِمَةَ فِي الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ, وَالْمَوْتَ عَلَى الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ, وَكَلِمَةِ الشَّهَادَةِ عَلَى تَحْقِيْقِهَا, مِنْ غَيْرِ تَبْدِيْلٍ وَتَغْيِيْرٍ, وَاغْفِرْلِيْ مَاارْتَكَبْتُهُ, بِفَضْلِكَ وَإِحْسَانِكَ عَلَيَّ, إِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ, وَصَلَّى اللّٰهُ وَسَلَّمَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ أَجْمَعِيْنَ, وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Duhai Allah, sesungguhnya aku berniat untuk membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW ini demi melaksanakan perintahMu, membenarkan kitabMu, mengikuti nabiMu Muhammad SAW, karena aku mencintai, merindukan, mengagungkan, dan memuliakan Beliau SAW serta karena Beliau SAW memang sangat pantas untuk mendapatkan shalawat tersebut. Oleh karena itu, duhai Allah dengan kemurahan, karunia, kedermawaan, dan kebaikanMu, terimalah shalawat yang akan kubaca ini, singkirkanlah hijab kelalaian yang meliputi hatiku dan jadikanlah aku sebagai salah seorang hambaMu yang shaleh.

Duhai Allah, berilah Beliau SAW kemuliaan di atas kemuliaan yang telah Engkau anugerahkan kepada Beliau, cahaya di atas cahaya yang darinya Engkau ciptakan Beliau dan tinggikan derajat Beliau di atas derajat para rasul dan para nabi.

Duhai Allah, Tuhan alam semesta, berilah aku surga, keridhaanMu dan keridhaan Beliau, teriring keselamatan dalam agama, dunia, maupun akhirat yang selalu menyertaiku. Duhai Allah, karuniakanlah aku kematian dalam keadaan berpegang teguh kepada al-Qur’an dan Sunnah, dan aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, serta dapat mengucapkan kalimat syahadat dengan benar tanpa sedikitpun perubahan. Ampunilah segala dosa yang pernah ku lakukan, berkat kemurahan dan kebaikanMu semata, sesungguhnya Engkau Maha Memberi dan Maha Menerima Taubat lagi Maha Penyayang.

Shalawat serta salam Allah semoga senantiasa tercurah kepada Sayyidina Muhammad beserta segenap keluarga, shahabat, dan seluruh pengikut Beliau. Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam.

::

DO’A SESUDAH MEMBACA SHALAWAT (DO’A HABIB ‘ABDULLAH BIN ‘ALWI AL-HADDAD)

اَللّٰهُمَّ اشْرَحْ بِالصَّلَاةِ عَلَيْهِ صُدُوْرَنَا, وَيَسِّرْ بِهَا اُمُوْرَنَا, وَفَرِّجْ بِهَا هُمُوْمَنَا, وَاكْشِفْ بِهَا غُمُوْمَنَا, وَاغْفِرْ بِهَا ذُنُوْبَنَا, وَاقْضِ بِهَا دُيُوْنَنَا, وَاصْلِحْ بِهَا أَحْوَالَنَا, وَبَلِّغْ بِهَا آمَلَنَا, وَتَقَبَّلْ بِهَا تَوْبَتَنَا, وَاغْسِلْ بِهَا حَوْبَتَنَا, وَانْصُرْ بِهَا حُجَّتَنَا, وَطَهِّرْ بِهَا أَلْسِنَتَنَا, وَآنِسْ بِهَا وَحْشَتَنَا, وَارْحَمْ بِهَا غُرْبَتَنَا, وَاجْعَلْهَا نُوْرًا بَيْنَ أَيْدِيْنَا وَمِنْ خَلْفِنَا, وَعَنْ أَيْمَانِنَا وَعَنْ شَمَائِلِنَا, وَ مِنْ فَوْقِنَا وَ مِنْ تَحْتِنَا, وَفِيْ حَيَاتِنَا وَمَوْتِنَا, وَفِيْ قُبُوْرِنَا وَحَشْرِنَا وَنَشْرِنَا, وَظِلًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رُؤُوْسِنَا, وَثَقِّلْ بِهَا مَوَازِيْنَ حَسَنَتِنَا, وَأَدِمْ بَرَكَتِهَا عَلَيْنَا حَتَّى نَلْقَى نَبِيَّنَا وَ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, وَنَحْنُ آمِنُوْنَ مُطْمَئِنُّوْنَ, فَرِحُوْنَ مُسْتَبْشِرُوْنَ, وَلَا تُفَرِّقْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُ حَتَّى تُدْخِلَنَا مَدْخَلَهُ, وَتُئْوِيَنَا اِلَى جِوَارِهِ الْكَرِيْمِ, مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ, وَ حَسُنَ اُولٰـٓئِكَ رَفِيْقًا. اَللّٰهُمَّ إِنَّا آمَنَّا بِهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, وَلَمْ نَرَهُ, فَمَتِّعْنَا اللّٰهُمَّ فِى الدَّارَيْنِ بِرُئْيَتِهِ, وَثَبِّتْ قُلُوْبَنَا عَلَى مَحَبَّتِهِ, وَاسْتَعْمِلْنَا عَلَى سُنَّتِهِ, وَتَوَفَّنَا عَلَى مِلَّتِهِ, وَاحْشُرْناَ فِيْ زُمْرَتِهِ النَّاجِيَةِ, وَحِزْبِهِ الْمُفْلِحِيْنَ, وَانْفَعْنَا بِمَا انْطَوَتْ عَلَيْهِ قُلُوْبُنَا مِنْ مَحَبَّتِهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, يَوْمَ لَا جَدَّ وَلَا مَالَ وَلَا بَنِيْنَ, وَأَوْرِدْنَا حَوْضَهُ الْأَصْفَى, وَاسْقِنَا بِكَأْسِهِ الْأَوْفَى, اَللّٰهُمَّ يَسِّرْ عَلَيْنَا زِيَارَةَ حَرَمِكَ وَ حَرَمِهِ مِنْ قَبْلِ اَنْ تُمِيْتَنَا, وَأَدِمْ عَلَيْنَا الْإِقَامَةَ بِحَرَمِكَ وَحَرَمِهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِلَى اَنْ تَوَفَّى. اَللّٰهُمَّ إِنَّا نَتَشَفَّعُ بِهِ إِلَيْكَ, إِذْ هُوَ أَوْجَهُ الشُّفَعَآءِ إِلَيْكَ, وَنُقْسِمُ بِهِ عَلَيْكَ إِذْ هُوَ أَعْظَمُ مَنْ أُقْسِمُ بِحَقِّهِ عَلَيْكَ, وَنَتَوَسَّلُ بِهِ إِلَيْكَ إِذْ هُوَ أَقْرَبُ الْوَسَائِلِ إِلَيْكَ, نَشْكُوْ إِلَيْكَ يَا رَبِّ قَسْوَةَ قُلُوْبِنَا, وَكَثْرَةَ ذُنُوْبِنَا, وَطُوْلَ آمَلِنَا, وَفَسَادَ أَعْمَلِنَا, وَتَكَاسُلَنَا عَنِ الطَّاعَاتِ, وَهُجُوْمَنَا عَلَى الْمُخَالَفَاتِ, فَنِعْمَ الْمُشْتَكَ اِلَيْهِ اَنْتَ يَا رَبِّ بِكَ نَسْتَنْصِرُ عَلَى أَعْدَائِنَا وَأَنْفُسِنَا فَانْصُرْنَا, وَعَلَى فَضْلِكَ نَتَوَكَّلُ فِيْ صَلَاحِنَا, فَلَا تَكِلْنَا اِلَى غَيْرِكَ يَا رَبَّنَا وَ اِلَى جَنَابِ رَسُوْلِكَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَنْتَسِبُ فَلَا تُبَعِّدْنَا, وَبِبَابِكَ نَقِفُ فَلَا تَطْرُدْنَا, وَإِيَّاكَ نَسْأَلُ فَلَا تُخَيِّبْنَا. اَللّٰهُمَّ ارْحَمْ تَضَرُّعَنَا, وَآمِنْ خَوْفَنَا, وَتَقَبَّلْ أَعْمَالَنَا, وَاصْلِحْ اَحْوَالَنَا, وَاجْعَلْ بِطَاعَتِكَ إِشْتِغَالَنَا, وَ اِلَى الْخَيْرِ مَآلَنَا, وَحَقِّقْ بِالزِّيَادَةِ آمَلَنَا, وَاخْتِمْ بِالسَّعَادَةِ آجَالَنَا, هَذَا ذُلُّنَا ظَاهِرٌ بَيْنَ يَدَيْكَ, وَحَالُنَا لَا يَخْفَى عَلَيْكَ, أَمَرْتَنَا فَتَركْنَا, وَنَهَيْتَنَا فَارْتَكَبْنَا, وَلَا يَسَعُنَا إِلَّا عَفْوُكَ, فَاعْفُ عَنَّا يَا خَيْرَ مَأْمُوْلٍ, وَأَكْرَمَ مَسْئُوْلٍ, إِنَّكَ عَفُوٌّ غَفُوْرٌ كَرِيْمٌ رَؤُفٌ رَحِيْمٌ, يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ, وَصَلَّى اللّٰهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا, وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. بسر الفاتحة

Duhai Allah, berkat shalawat yang kami baca ini, lapangkanlah dada kami, mudahkanlah semua urusan kami, hapuskanlah seluruh kegalauan dan kesedihan kami, ampunilah dosa-dosa kami, lunaskanlah hutang-hutang kami, perbaikilah semua keadaan kami, wujudkanlah cita-cita kami, terimalah taubat kami, bersihkanlah semua kesalahan kami, menangkanlah hujjah kami, sucikanlah lisan kami, hiburlah kesepian kami, sayangilah kami di dalam ketersasingan kami.

Ya Allah, jadikanlah shalawat tersebut sebagai cahaya yang bersinar di depan dan di belakang tubuh kami, di samping kanan dan kiri kami, dalam kehidupan dan kematian kami, di kubur dan saat kebangkitan kami serta menjadi penaung kami di hari kiamat nanti.

Ya Allah, jadikanlah shalawat tersebut sebagai amal yang memberatkan timbangan kebajikan kami dan jadikanlah keberkahannya selalu menyertai kami hingga kami dapat bertemu dengan Nabi Muhammad SAW dalam keadaan aman, tenang, senang, dan bahagia.

Ya Allah, jangan pisahkan kami dari beliau. Masukanlah kami ke tempat di mana beliau berada, sandingkanlah kami di samping beliau bersama orang-orang yang telah Engkau beri kenikmatan, yaitu para nabi, shiddiq, syahid, dan orang-orang yang shaleh, karena merekalah rombongan yang masuk surga.

Ya Allah, kami beriman kepada Beliau SAW sedangkan kami belum pernah melihatnya, oleh karena itu tolong berilah kami kenikmatan dengan memandang wajah beliau di dunia dan akhirat.

Ya Allah, jadikanlah hati kami selalu mencintai beliau, pakailah diri kami untuk mengamalkan sunnah beliau, wafatkanlah kami dalam agama beliau, dan bangkitkanlah kami dalam kelompok beliau yang selamat dan berhasil.

Ya Allah, jadikanlah rasa cinta di dalam hati kami kepada Nabi Muhammad SAW ini bermanfaat bagi kami di saat kekuasaan, harta, maupun anak tidak mendatangkan manfaat.

Ya Allah, sampaikanlah kami ke telaga beliau yang suci dan berilah kami minum dari gelas beliau yang sempurna.

Ya Allah, mudahkanlah kami untuk berziarah ke tanah haramMu (Makkah) dan tanah haramnya (Madinah) sebelum kami wafat, dan jadikanlah kami agar selalu tinggal di tanah haramMu (Makkah) dan tanah haramnya (Madinah).

Ya Allah, dalam semua permohonan kami, kami selalu bermohon syafa’at beliau karena beliau adalah sebaik-baik pemberi syafa’at, sebaik-baik manusia yang Engkau akui kebesarannya, dan kami bertawassul kepadaMu dengan beliau karena beliau adalah wasilah terdekat kami kepadaMu.

Ya Allah, kami mengajukan kepadaMu kerasnya hati kami, banyaknya dosa kami, panjangnya angan-angan kami, buruknya amal kami, kemalasan diri kami dalam ketaatan, dan keberanian kami dalam bermaksiaat, karena sesungguhnya Engkau adalah tempat terbaik untuk mengadu.

Ya Allah, kami memohon kepadaMu untuk menghadapi semua musuh kami dan diri kami sendiri serta bersandar kepada kemurahanMu semata agar kami menjadi manusia yang baik, oleh karena itu, duhai Tuhan kami, janganlah serahkan kami kepada selainMu. Ya Allah, kami memiliki hubungan dengan rasulMu, Muhammad SAW, oleh karena itu jangan jauhkan kami dari Beliau SAW.

Ya Allah, di pintuMu kami berdiri, maka jangan usir kami, hanya kepadaMulah kami memohon, maka jangan sia-siakan permohonan kami ini.

Ya Allah, terimalah do’a kami, berilah kami rasa aman dari semua ketakutan kami, terimalah semua amal shaleh kami, jadikanlah ketaatan sebagai kesibukan kami, kebaikan sebagai tempat kembali kami, dan kebahagiaan sebagai penutup kami.

Ya Allah, inilah cita-cita kami, diri kami tampak jelas di hadapanMu, keadaan kami tiada tersembunyi dariMu. PerintahMu kami abaikan, laranganMu kami lakukan, maka ampunanMulah yang kami inginkan. Duhai sebaik-baik Dzat yang kepadaNya ditunjukan permohonan dan do’a, ampunilah kami. Sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, Maha Pengampun, Maha Dermawan, Maha Pengasih, Maha Penyayang, Duhai Yang Maha Menyayangi dari semua jiwa yang berjiwa kasih sayang. Semoga shalawat dan salam senantiasa terlimpahkan sebanyak mungkin kepada Sayyidina Muhammad SAW beserta keluarga dan para shahabatnya.
Dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Tulisan berjudul Do’a Sebelum dan Sesudah Membaca Shalawat Nabi (Do’a Habib ‘Abdullah bin ‘Alwi Al-Haddad) terakhir diperbaharui pada Monday 4 January 2016 oleh Pejuang Ahlussunnah di Ngaji Yuk! - Kajian Ceramah Islam Ahlussunnah wal Jamaah.

http://www.elhooda.net/2014/01/doa-sebelum-dan-sesudah-membaca-shalawat-nabi-doa-habib-abdullah-bin-alwi-al-haddad/

Senin, 07 Agustus 2017

Khutbah gerhana jowo

Khutbah Gerhana Jawa

الخطبة الأولى
اَلحَمْدُ لله الَّذِى خَلَقَ السَّموَاتِ وَالأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّوْرَ ثُمَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ. أَحْمَدُهُ – جَلَّ شَأْنُهُ – خَلَقَ الَّليْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَكُلٌّ فِى فَلَكٍ يَسْبَحُوْنَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لا إله إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ وَسَلَّمْتَ وَبَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِى الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
أَمَّا بَعْد, فَيَا عِبَادَ الله …. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى الله وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْن. يآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِماَ تَعْمَلُونَ.  وَلَا تَكُوْنُوا كَالَّذِيْنَ نَسُوا اللهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الفَاسِقُونَ.  لَا يَسْتَوِي أَصْحَابُ النَّارِ وَأَصْحَابُ الْجَنَّةِ أَصْحَابُ الْجنَّةِ هُمُ الفَائِزُون

Hadirin kaum muslimin ingkang dipun rahmati dening Allah Subhanahu Wa Ta’ala …..

Wonten kesempatan ingkang sae punika sumangga kitha sedaya tansah nambahi raos ajrih kitha dateng Ngarsa Dalem Allah Subhanahu Wa Ta’ala kanti estu-estu anggenipun kitha ngelampahi punapa ingkang sampun dipun perintah dening Allah Ta’ala ugi anebihi punapa ingkang sampun dipun awis dening Allah Ta’ala. Sumangga kitha sesarengan sami ningali dateng awakipun piyambak-piyambak, sampun ngantos pundi anggenipun kitha ngumawula dateng ngarsanipun Gusti Allah Ta’ala, menawi sampun sae sumangga kitha pertahanaken, menawi kirang sae sumangga kitha dandosi. Mugi-mugi kanti mekaten kitha sedaya pikantuk rahmat lan ridha saking ngarsanipun Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Amin Allahumma Amin.

Hadirin kaum muslimin ingkang tansah kawula mulyaaken …..

Menawi kitha ningali kedadosan wonten jagat punika, srengenge ingkang saben enjing mlethek lan dados pepadhang sartha manfaati dateng menungsa, nuli wekdal sonten surup, genthosan kalih rembulan ingkang ugi dados pepadhang sartha manfaati dateng menungsa, lintang ingkang saget dados tetenger kagem kebetahan sugengipun menungsa, kitha saget mangertos bilih sedaya kala wau wonten Dzat ingkang andadosaken lan Dzat ingkang ngatur, kitha ugi saget mangertos bilih Dzat ingkang andadosaken lan ingkang ngatur kala wau tentunipun kuwahos dateng sedaya para makhluk, inggih punika Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Allah Subhanahu wa Ta’ala sampun dhawuh wonten Alquran Surat Yunus :

هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيآءً وَالْقَمَرَ نُوْرًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِيْنَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللهُ ذَلِكَ إِلاَّ بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الآياَتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ * إِنَّ فِي اخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا خَلَقَ اللهُ فِي السَّموَاتِ وَالأَرضِ لآيآتٍ لِقَوْمٍ يَتَّقُونَ

“ Allah Ta’ala ingkang andadosaken srengenge ingkang saget madhangi lan rembulan ingkang dados cahaya lan anetepaken panggenan-panggenanipun, supados panjenengan sedaya sami mangertosi wilangan tahun lan itungan (wektu). Allah mboten andadosaken ingkang kados mekaten kejawi kanti haq. Allah paring rincian tanda-tanda keagunganipun kagem tiyang-tiyang ingkang sami mangertos. Sak temenipun wonten gonta-gantinipun wengi lan rino lan perkawis ingkang dipun dadosaken Allah wonten langit lan bumi punika yekti dados tanda kuasanipun Allah kagem tiyang-tiyang ingkang sami takwa”

Hadirin kaum muslimin ingkang tansah minulya…

Kedadosan grahana wekdal punika supados saget dipun pendhet i’tibar utawi tepa tulada kagem kitha sedaya kagem aningkataken kesadaran kitha ngemut-emut keagunganipun Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Rasulullah Saw sampun paring tuntunan dumateng kitha nalika wonten grahana wonten setunggal hadits :

خُسِفَتِ الشَّمْسُ فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ : ” إِذَا رَأَيْتُمْ شَيْئًا مِنْ ذَلِكَ فَافْزَعُوا اِلَى ذِكْرِ اللهِ وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِهِ “
Setunggal wekdal nalika wonten grahana srengenge Nabi Saw nuli jumeneng (kagem ngelampahi shalat) lan dawuh : “ menawi panjenengan sedaya mirsani grahana, mangka panjenengan sedaya enggal-enggal  anggenipun dzikir dateng Allah, ndonga dateng Allah lan nyuwun pangapunten dateng Allah “

Wonten 3 (tigang) perkawis ingkang dipun ajaraken dening Rasulullah dumateng kitha sedaya wekdal wonten grahana.
Ingkang kaping sepisan, فَافْزَعُوا اِلَى ذِكْرِ اللهِ, kitha sedaya supados enggal-enggal dzikir, emut dateng Gusti Allah. Dzikir dumateng Allah Subhanahu wa Ta’ala punika manfaatipun wangsul dumateng awak kitha piyambak-piyambak.
Dawuhipun Allah Ta’ala wonten Alquran :

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“ Tiyang-tiyang ingkang sami iman dumateng Allah lan manahipun sami anteng keranten dzikir dumateng Allah. Emut-emut bilih dzikir dumateng Allah punika (nyebabaken) antengipun manah “

Menawi kitha kepengen manah kitha resik saking sedaya penyakit ingkang saget ngotori, kados unek-unek, nggresah, hasud lan lintu-lintunipun, tamba ingkang manjur punika mboten sanes dzikir dumateng Allah. Dzikir dumateng Allah saget dipun lampahi kanti lisan ingkang terus-terusan nyebat asmanipun Allah, kanti manah ingkang dipun ginaaken kagem ngangen-ngangen keagunganipun Allah lan kanti nggaoto awak ingkang dipun ginaaken kagem taat lan ngabekti dumateng Allah.

Ingkang kaping kalih, وَدُعَائِهِ , ndonga utawi nyuwun dumateng Allah. Nyuwun dumateng Allah Ta’ala punika hakikatipun ibadah. اَلدُّعَاءُ هُوَ العِبَادَة . Nyuwun dumateng Allah ugi dados otakipun ibadah, keranten ngetingalaken kumawulaning menungsa, menungsa punika makhluk ingkang asor lan fakir, Allah Ta’ala Dzat ingkang Agung, Sugih, panggenan dipun suwuni. Kathah sanget anjuran saking Alquran supados kitha ndunga, nyuwun dumateng Allah Subhanahu wa Ta’ala, ing antawisipun dawuhipun Allah wonten surat al-Baqarah 55 :

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ (55)
“ Nyuwuno sira kabeh dumateng Pengeran sira kabeh kanti ndepe-ndepe lan lirih-lirih. Sak temene Pengeran sira kabeh mboten remen dumateng tiyang-tiyang ingkang sami ngliwati wates “

Supados dunga kitha dumateng Allah dipun ijabahi sampun sak mesthinipun menawi ndunga dipun lampahi kanti netepi adab utawi tata krama dumateng Allah, kados dipun lampahi kanti ndepe-ndepe utawi ngasoraken awak lan kanti suara lirih kados dawuh wonten ayat kasebat.

Ingkang kaping tiga, وَاسْتِغْفَارِهِ , nyuwun pangapunten dumateng Allah saking sedaya dosa lan kalepatan ingkang sampun dipun lampahi. Sampun sak mesthinipun menawi  istighfar punika mboten namung dipun ucapaken mawi lisan kemawon, nanging ugi kedah dipun lebetaken wonten manah kanti nggetuni dosa ingkang sampun dipun lampahi lan dipun buktikaken kanti tumindak kitha anggenipun nglereni lan mboten badhe nglampahi dosa lan tumindak ala kasebat. Menawi sampun saget mekaten InsyaAllah istighfar kitha dipun tampi dening Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Hadirin kaum muslimin ingkang tansah minulya ….

Wonten masyarakat kitha kadang kawis wonten anggepan bilih kedadosan grahana punika wonten hubunganipun kalayan kedadosan-kedadosan sanes ingkang sifatipun mistik, kados anggepan bilih grahana punika dados tanda badhe wonten gonjang-ganjing, paceklik lan sanes-sanesipun. Anggepan punika sampun sak mestinipun kelintu, keranten sak mestinipun kedadosan grahono punika namung nedahaken dumateng keagungan lan kuasanipun Gusti Allah. Rasulullah SAW – wekdal putranipun Sayyid Ibrahim wafat, lan kala wau nembe wonten grahana– dawuh wonten setunggal hadits :

إِنَّ الشَّمْسَ وَاْلقَمَرَ آيَتاَنِ مِنْ آياَتِ اللهِ لاَ يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ اَحَدٍ وَلَا لِحَياَتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَاذْكُرُوا اللهَ

“ Sak temenipun srengenge lan rembulan punika dados tanda saking tanda-tanda kuasanipun Allah.
Srengenge lan rembulan mboten kekadosan grahana keranten seda utawi gesangipun tiyang. Nalika panjenengan sedaya mirsani mila panjenengan sedaya sami dzikir dumateng Allah “.

Hadirin kaum muslimin ingkang tansah minulya …..
Kanti kedadosan grahana wekdal punika mugi-mugi saget dados pepeling kagem kitha sedaya supados inggal-inggal taubat, wangsul dumateng Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Mugi-mugi kanti mekaten kitha sedaya saget pikantuk ridha lan rahmat saking ngersanipun Allah lan dipun tebihaken saking sedaya bala’ lan pancabaya, Amin Allahumma Amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ

الخطبة الثانية
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
عِبَادَ الله، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَقَرَابَتِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ أَجْمَعِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ جَمِيْعَ وُلاَةَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَانْصُرِ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Khutbah Gerhana

Khutbah Gerhana Bulan

Memahami Fenomena Gerhana,

Untuk Bersyukur dan Beristighfar

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ , وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ. اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ اتَّقُوْا اللهَ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ

Marilah kita sama-sama meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan sebenar-benar taqwa, iaitu istiqamah dalam mengerjakan segala suruhan-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya. Dengan yang demikian, mudah-mudahan kita akan menjadi umat yang terbaik dan unggul serta mendapat keredaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala di dunia dan di akhirat.

Kaum Muslimin dan Muslimat Rahimakumullah.

Firman Allah dalam QS Yâsîn, 36: 38-40:

وَآيَةٌ لَهُمُ اللَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا هُمْ مُظْلِمُونَ  وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ۚ ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّىٰ عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ  لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ ۚ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ

“Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah Dia sampai ke manzilah yang terakhir) Kembalilah Dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya.”

Maksudnya: bulan-bulan itu pada Awal bulan, kecil berbentuk sabit, kemudian sesudah menempati manzilah-manzilah, Dia menjadi purnama, kemudian pada manzilah terakhir kelihatan seperti tandan kering yang melengkung. Dan lagi dalil yang terang untuk mereka (berfikir) ialah malam; Kami hilangkan siang daripadanya, maka dengan serta-merta mereka berada dalam gelap-gelita; Dan (sebahagian dari dalil yang tersebut ialah) matahari; ia kelihatan beredar ke tempat yang ditetapkan baginya; itu adalah takdir Tuhan yang Maha Kuasa, lagi Maha Mengetahui; Dan bulan pula Kami takdirkan dia beredar melalui beberapa peringkat, sehingga di akhir peredarannya kelihatan kembalinya pula ke peringkat awalnya – (berbentuk melengkung) seperti tandan yang kering.(Dengan ketentuan yang demikian), matahari tidak mudah baginya mengejar bulan, dan malam pula tidak dapat mendahului siang; kerana tiap-tiap satunya beredar terapung-apung di tempat edarannya masing-masing

Kita baru saja menyaksikan kejadian gerhana matahari pada bulan lepas dan pada malam ini pula kita dapat sama-sama saksikan bagaimana kejadian gerhana bulan. Kejadian ini mengajak kita untuk menambahkan lagi keimanan tentang kehebatan dan kekuasaan  Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagai Pentadbir seluruh alam, segala peredaran cakerawala, bumi, bulan, matahari dan seumpamanya. Peredaran bulan dan matahari yang teratur setiap hari secara berganti-ganti, matahari beredar di waktu siang, manakala bulan beredar di waktu malam adalah atas qudrat dan iradat Allah Subhanahu Wa Ta’ala jua. Ia mempunyai hikmat dan tujuan tersendiri antaranya bagi tujuan membolehkan manusia untuk bekerja pada siang hari dengan mudah dan pada malam hari pula dapat berehat dan bermunajat kepada Allah dengan tenang.

Pergerakan matahari dan bulan yang teratur dan tetap juga dapat digunakan oleh manusia untuk dijadikan kalendar tahunan samada berdasarkan pergerakan matahari bagi kalendar Masihi dan mengikut peredaran bulan bagi taqwim Hijrah.

Oleh karena itu setiap kejadian yang berlaku termasuk gerhana bulan pada malam ini adalah untuk mengetuk hati kita agar bersyukur dan mengingati Allah sepanjang masa dan tempat. Kita sentiasa diminta agar berfikir tentang kejadian alam ciptaan Allah dalam mengenali sifat-sifat Allah dan juga mengakui diri kita sebagai hamba yang serba lemah

Kaum Muslimin dan Muslimat Rahimakumullah.

Firman Allah Subhanahu Wata’ala dalam QS Ibrahim, 14:  33:

سَخَّرَ لَكُمُ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ دَائِبَيْنِ ۖ وَسَخَّرَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ

“Dan Dia juga yang menjadikan matahari dan bulan sentiasa beredar untuk kepentingan kemudahan kamu dan yang menjadikan malam dan siang bagi faedah hidup kamu.”

Kejadian gerhana bulan dan matahari menunjukkan kepada kita bagaimana kedua kejadian ini walau pun hebat tetapi berada arahan dan perintah Allah. Walau bagaimana pun hebat dan kuat sesuatu kejadian Allah namun ia mempunyai kelemahan di mana kehebatan dan kekuatan yang tidak akan kurang walaun sedikit hanya milik Allah. Betapa malangnya sekiranya ada umat manusia yang menjadikan bulan, matahari dan sesuatu selain Allah sebagai tuhan yang disembah akibat terpesona dengan kehebatannya yang tidak seberapa sehingga mereka gagal memahami bahawa adanya kuasa yang lebih hebat yang menciptakan setiap sesuatu yang mereka kagumi selama ini iaitu Allah. Begitu juga lahirnya ramai manusia yang hanya merasa bagaimana hebatnya pergerakan bulan, matahari dan segala cakerawala yang lain di atas landasan orbitnya tanpa berlakunya perlanggaran antara satu sama lain tetapi golongan ini gagal menjejaki tentang adanya Allah yang mengatur segala pergerakan tersebut. Inilah antara kelemahan akal manusia yang terbatas had kemampuannya di mana tanpa panduan agama maka manusia tidak mampu mengenali Allah Tuhan Pencipta walau pun terlalu kagum dengan alam ciptaanNya.

Kaum Muslimin dan Muslimat Rahimakumullah.

Kejadian gerhana matahari atau bulan, ianya bukanlah merupakan suatu tanda akan timbul suatu kejadian yang aneh dan mengkhuatirkan sebaliknya ia menunjukkan antara kehebatan dan kekuasaan Allah. Kejadian gerhana juga bukanlan disebabkan oleh kematian atau kelahiran seseorang sebagaimana teguran Rasulullah s.a.w terhadap para sahabat yang membuat pelbagai andaian tentang kejadian gerhana matahari yang berlaku berkebetulan dengan hari kewafatan anakandanya Ibrahim lalu sabda Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam:

« إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَادْعُوا اللَّهَ وَصَلُّوا حَتَّى يَنْكَشِفَ ». (رواه البخاري ومسلم)

“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua bukti daripada tanda-tanda kebesaran Allah Ta’ala. Kedua-duanya tidak akan terjadi karena kematian atau hidupnya seseorang. Maka apabila kamu melihat gerhana keduanya itu maka berdoalah kepada Allah dan dirikanlah shalat sehingga hilangnya tanda gerhana (daripada kamu)”

Kaum Muslimin dan Muslimat Rahimakumullah.

Apabila berlaku gerhana, kita sebagai umat Islam adalah dianjurkan oleh Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam supaya bersegera untuk melakukan perkara-perkara yang berkebajikan seperti berdoa, berdzikir, bersembahyang, bertakbir, bersedekah dan beristighfar. Sebagaimana hadis Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam:

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ ، وَلاَ لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا … (رواه البخاري)

“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah 2 bukti daripada tanda-tanda kebesaran Allah Ta’ala di mana kedua-duanya tidak akan gerhana kerana kematian atau hidupnya seseorang. Maka apabila kamu melihat gerhana itu maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, dirikanlah sembahyang dan bersedekahlah……”

Di samping itu, marilah kita melakukan perkara-perkara yang berkebajikan dan menghindari daripada melakukan perkara-perkara mungkar dan maksiat serta perbuatan syirik yang bercanggah dengan ajaran agama Islam. Mudah-mudahan kejadian gerhana bulan ini akan menimbulkan keinsafan, menambah serta menguatkan lagi keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu Wata’ala.

Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam QS Âli ‘Imrân, 3: 190 – 191,

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ  الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Sesungguhnya pada kejadian langit dan bumi dan pada pertukuran malam dan siang, ada tanda-tanda kekuasaan, kebijaksanaan dan keluasan rahmat Allah bagi orang-orang yang berakal: Iaitu orang-orang yang menyebut dan mengingati Allah semasa mereka berdiri dan duduk dan semasa mereka berbaring mengiring dan mereka pula memikirkan tentang kejadian langit dan bumi sambil berkata: Wahai Tuhan kami! Tidaklah engkau menjadikan benda-benda ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau maka peliharalah kami dari azab neraka.”

Kaum Muslimin dan Muslimat Rahimakumullah.

Pernah suatu masa Rasulullah s.a.w terus melakukan solat sunat apabila berlakunya gerhana dengan bacaan yang panjang dalam  kedaan seolah-olah seperti akan berlaku qiamat. Ini semua mengajar kita semua agar sentiasa ingat kepada hari kematian kita serta hari kiamat yang begitu dahsyat dengan kehancuran langit dan bumi termasuk bulan dan matahari. Peringatan ini sewajarnya kita perbanyakkan terutama bila berlakunya gerhana sebagaimana malam ini.

Firman Allah dalam QS al-Qiyâmah, 75: 6-112

يَسْأَلُ أَيَّانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ (٦) فَإِذَا بَرِقَ الْبَصَرُ (٧) وَخَسَفَ الْقَمَرُ (٨) وَجُمِعَ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ (٩) يَقُولُ الإِنسَانُ يَوْمَئِذٍ أَيْنَ الْمَفَرُّ (۱٠) كَلاَّ لا وَزَرَ (۱۱) إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمُسْتَقَرُّ (۱۲)

“Ia berkata: “Bilakah hari kiamat itu?” Maka apabila mata terbelalak (ketakutan), dan apabila bulan telah hilang cahayaNya, dan matahari dan bulan dikumpulkan,  pada hari itu manusia berkata: “Ke mana tempat berlari?” Sekali-kali tidak! tidak ada tempat berlindung! Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali.”

إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَااَّلذِيْنَ آمَنُوْ ا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا  اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وعلى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللّهُمَّ إِنَّا نَسْتَغْفِرُكَ إِنَّكَ غَفَّارًا فَأَرْسِلِ السَّمَآءَ عَلَيْنَا مِدْرَارًا اللّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُبِكَ مِنَ الذُّنُوْبِ الَّتِي تَمْنَعُ غَيْثَ السَّمَآءِ وَ نَعُوْذُبِكَ مِنَ الذُّنُوْبِ الَّتِي تُذِلُّ الأَعِزَّ وَ تُدَلِّلُ الأَعْدَاء,  اللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ الأحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَقَاضِيَ الحَاجَاتِ  وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ , اللّهُمَّ لا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لايَخَافُكَ وَلا يَرْحَمُنَا , اللّهُمَّ انْصُرِ المُجَاهِدِيْنَ الَّذِيْنَ يُجَاهِدُوْنَ فِي سَبِيْلِكَ فِي كُلِّ زَمَانٍ وَمَكَانٍ ,  اللّهُمَّ أَعِزَّ الإسْلامَ وَالمُسْلِمِيْنَ وَأَذِّلَّ الشِّرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَانْصُرْعِبَادَكَ المُؤْمِنِيْنَرَبَّنَا لاتُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّاب رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِالعَدْلِ وَالإ حْسَانِ وَاِيْتَآءِ ذِيْ القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوْا اللهَ العَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكَمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ