Minggu, 20 Maret 2016

Shalat hadiah

SHALAT HADIAH

PENDAHULUAN

Sholat hadiah ini adalah sholat untuk menyenangkan mayyit..

sholat ini bukan hanya ditujukan kepada seseorang yg baru meninggal, tapi juga bisa ditujukan kepada orang yg telah lama meninggal..

RUMUSAN MASALAH

Pengertian shalat hadiah

Status shalat hadiah dalam islam

Dalil dalil tentang shalat hadiah

Pendapat ulama tentang shalat hadiah

PEMBAHASAN

Kedengarannya aneh, kok ada "shalat hadiah". Yang ada, ya shalat lima waktu, atau shalat-shalat sunnah seperti Dhuha, Tasbih, Witir, Hajat, Tahajjud, dan Istikharah. Istilah "shalat hadiah" ini dicari di kitab manapun tidak akan ditemui. Jadi, jika orang berniat : Ushally sunnatan hadiyatan, ini jelas tidak mengena sasaran dan tidak diperkenankan. Sebab yang dimaksud adalah shalat yang pahalanya dihadiahkan kepada si mayit yang telah meninggal. Niatnya adalah melakukan shalat sunnah muthlak, yakni: Ushally sunnatan rak'ataini lillahi ta 'ala.

Ada kebiasaan di sebuah kampung tertentu, bila acara pemakaman telah usai, di samping ada pengumuman Tahlil untuk setiap malamnya, ada juga pengumuman khusus bagi keluarga, yakni rembukan keluarga untuk bersama-sama mengerjakan shalat sunnah muthlak yang pahalanya dihadiahkan kepada si mayit yang telah meninggal. Jumlah rakaatnya tidak dibatasi. Yang mampu 2 rakaat silakan 2 rakaat dan yang mampu 4 rakaat silakan 4. Hal ini berdasar kepada:

ولا تصح الصلوات بتلك النيات التي استحسنها الصوفية من غير أن يرد لها اصل فى السنة . نعم ان اطلق الصلاة ثم دعا بعدها بما يتضمن نحو استعاذة او استخارة مطلقة لم يكن بذالك بأس. اما حديث صلاة الهدية الذي ذكر فى الميهي فلا يعرف صحة رواية

Artinya

Tidak sah shalat dengan niat seperti yang dianggap baik kalangan sufi tanpa dasar hadits sama sekali. Jika melakukan shalat muthlak dan berdoa sesudahnya dengan sesuatu yang mengandung semisal isti'adzah atau istikharah maka shalat tersebut sah-sah saja.  Mengenai hadits tetang shalat hadiah seperti termaktub di dalam kitab al Mauhibah, hal itu tidak diketahui kesahihan perawinya. (Tuhfat al-Muhtaj, Juz II, Bab Shalat Isyraq)

DALIL yang berkaitan dengan SHALAT HADIAH

روي عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال لا يأتى على الميت أشد من الليلة الأولى, فارحموا بالصدقة من يموت. فمن لم يجد فليصل ركعتين يقرأ فيهما: أي في كل ركعة منهما فاتحة الكتاب مرة, وآية الكرسى مرة, وألهاكم التكاثر مرة, وقل هو الله أحد عشر مرات, ويقول بعد السلام: اللهم إني صليت هذه الصلاة وتعلم ما أريد, اللهم ابعث ثوابها إلى قبر فلان بن فلان فيبعث الله من ساعته إلى قبره ألف ملك مع كل ملك نور وهدية يؤنسونه إلى يوم ينفخ فى الصور.

Diriwayatkan dari Rasulullah, Ia bersabda, “Tiada beban siksa yang lebih keras dari malam pertama kematiannya. Karenanya, kasihanilah mayit itu dengan bersedekah. Siapa yang tidak mampu bersedekah, maka hendaklah sembahyang dua raka‘at. Di setiap raka‘at, ia membaca surat Alfatihah 1 kali, Ayat Kursi 1 kali, surat Attaktsur 1 kali, dan surat Al-ikhlash 11 kali. Setelah salam, ia berdoa, ‘Allahumma inni shallaitu hadzihis shalata wa ta‘lamu ma urid. Allahummab ‘ats tsawabaha ila qabri fulan ibni fulan (sebut nama mayit yang kita maksud),’ Tuhanku, aku telah lakukan sembahyang ini. Kau pun mengerti maksudku. Tuhanku, sampaikanlah pahala sembahyangku ini ke kubur (sebut nama mayit yang dimaksud), niscaya Allah sejak saat itu mengirim 1000 malaikat. Tiap malaikat membawakan cahaya dan hadiah yang kan menghibur mayit sampai hari Kiamat tiba.” [Syekh Nawawi Albantani, Nihayatuz Zain,

Hadiah semacam ini dalam tradisi Islam Nusantara dikenal dengan berbagai sebutan sesuai kaedah local masing-masing. Ada yang menyebutnya ‘tahlilan’, ada yang menyebutnya arwahan, ada yang menyebut samadiahan dan lain sebagainya. Semua itu merupakan perilaku terpuji yang telah me-tradisi dalam wacana Islam Nusantara. Begitu pula dengan shalat hadiah dua rakaat untuk mayit, yang kesunnahannya dilakukan saat malam pertama mayit meninggal. Walaupun taka apa pula jika dilakukan setelah jauh-jauh hari sepeninggal si mayit.

Pahala dari berbagai hadiah itu juga mengalir bagi kita yang masih hidup dan melakukannya, seperti yang diterangkan dalam sebuah hadits

أن فاعل ذلك له ثواب جسيم, منه أنه لا يخرج من الدنيا حتى يرى مكانه فى الجنة.

“Siapa saja yang melakukan sedekah atau sembahyang itu, akan mendapat pahala yang besar. Di antaranya, ia takkan meninggalkan dunia sampai melihat tempatnya di surga kelak.”
Sejumlah ulama menganjurkan akan baiknya sembahyang 2 raka‘at ini. Ringan dan mudah dilakukan, “Beruntunglah orang yang melakukan sembahyang ini setiap malam dan menghadiahkan pahalanya untuk mayit kaum muslimin.”

Mengenai shalat hadiah kepada orang yang baru meninggal dunia atau yang sudah lama meninggal dunia, dapat dilakukan setiap saat bagi sanak keluarga atau sahabat almarhum / almarhumah. Amalan ini telah dilakukan oleh para shalaf dan khalaf dari kalangan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Oleh karenanya, maka bagi yang mengamalkannya disyaratkan memenuhi salah satu syarat yaitu bertaqlid kepada Imam Syafi’i.

Diriwayatkan dari Nabi SAW, bahwasanya Beliau bersabda : “Tiada jua datang atas mayit yang terlebih keras pada malam yang pertama, maka kasihanilah kamu akan dia dengan shadaqah. Maka barang siapa tidak mampu olehnya akan shadaqah, maka hendaklah ia sembahyang dua raka’at, pada tiap-tiap raka’at membaca : Surat Al-Fatihah (1x),  Ayat Qursi (1x), Surat Al-Hakumuttakattakasur (1x),  dan Surat Al-Ikhlas (10x)”.

Untuk dalil yang mengulas khusus tentang shalat hadiah ini memang tidak pernah diriwayatkan oleh nabi ataupun sahabat, kalaupun ada itu adalah dalil tentang shalat jenazah.

Tapi, apabila dikaitkannya shalat jenazah ini dengan ibadah yang lain akan erat hubungannya dengan ibadah haji badal, yang mana haji badal ini ada dasar masyruiyahnya.

Tetapi untuk shalat kami belum menemukan dalil yang secara langsung menguraikan tentang shalat ini. baik untuk orang yang masih hidup atau pun untuk mereke yang sudah wafat. Baik hubungannya antara orang tua dan anak, atau pun tidak ada hubungannya.

Namun bila anda berniat ingin membahagiakan orang tua yang sudah di alam barzakh, anda masih bisa melakukan banyak hal. Dan tentunya pahalanya akan bisa disampaikan kepada almarhum.

Misalnya, anda berdoa memohon kepada Allah SWT agar almarhum di alam kuburnya diberikan kelapangan, cahaya, kenikmatan dan kebahagiaan. Doa yang anda panjatkan ini insya Allah akan dikabulkan, asalkan memenuhi semua syarat dan aturan dalam berdoa. Esensinya bisa dalam bentuk memintakan ampunan kepada Allah SWT.

KESIMPULAN

SHALAT dalam bentuk apapun juga namanya….adalah…….. DO’A yaitu Permohonan kepada Allah dengan mengingat Allah swt., baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain siapapun dia, apakah yang masih hidup ataupun mereka yg sudah tiada. Ternyata setiap kita shalat, maka saat duduk tasyahud akhir, WAJIB membaca do’a TAHYAT dimana shalat akan menjadi batal apabila duduk dalam duduk tasyahud akhir tidak membaca Doa Tahyat, yg didalamnya ada do’a selamat bagi para SHOLIHIN dan ” wa ala ‘ali ( bg Keluarga Rasulullah saw. dan Keluarganya Nabi Ibrahim as. ) “. Itu berarti bahwa RAHMAT ALLAH TIDAK PERNAH ADA PUTUSNYA BAGI SELURUH MAKHLUQ MANUSIA CIPTAAN ALLAH, baik bagi yang masih hidup ataupun yang sudah dialam barzahk. Memohon apapun juga kepada Allah lebih aula jika dilakukan dalam shalat, karena didalam shalat ada SUJUD dimana Rasulullah saw. saat/momentum Hamba yg paling terdekat dengan Khaliknya untuk berdo’a.

SHALAT HADIAH adalah ” shalat untuk mendo’akan mereka yang sudah meninggal agar dapat diringankan / dibebaskan dari azab kubur “. ‘Ulama menamakannya shalat hadiah karena dalam penjelasan tentang shalat hadiah ini dijabarkan bahwa : ” Allah akan mengirimkan 1.000 Malaikat ( ke liang lahat alam barzahknya si mayit ) membawa NUR dan HADIAH kepada si Mayit yang amat sangat berguna bagi mayit hingga ditiupnya sangkakala “.

Bagi yang tidak yakin dan tidak mau mengerjakan shalat hadiah ini, ya sudah saja, jangan repot2 melarang

http://syariah2014.blogspot.co.id/2015/01/shalat-hadiah.html?m=1

Senin, 14 Maret 2016

Wayang sebagai media da'wah

Empat Sekawan Semar Gareng Petruk Bagong sebagai Metode Dakwah Islam ala Walisongo

Sejak Islam datang dan disebarkan, wayang kulit Purwa (awal) telah mengalami perubahan. Budaya keislaman dalam wayang kulit purwa tak hanya dijumpai pada wujudnya saja, tetapi juga pada istilah-istilah dalam bahasa padalangan, bahasa wayang, nama tokoh wayang, dan lakon (cerita) yang dipergelarkan.

Penggubahan wayang yang dipelopori oleh Sunan Kalijaga sendiri, peristiwa itu terjadi kira-kira tahun 1443 M, dan sekaligus para walisongo menciptakan gamelannya.

Untuk memainkan wayang dan gamelannya itu para walisongo mengarang cerita yang bernafaskan nilai nilai keislaman. Adapun pelaku cerita dalam pewayangan yang terkenal hingga saat ini adalah cerita tentang “Punokawan Pandawa” (Empat tokoh Jenaka Pengiring Ksatria Pandawa Lima) terdiri dari Semar, Petruk, Gareng dan Bagong.
Keempat pelaku yang dimunculkan para Wali Songo ini mengandung falsafah yang amat dalam, diantaranya sebagai berikut :

1. Semar, dari bahasa Arab “Simaar” yang artinya Paku,

Perlambang bahwa kebenaran agama Islam adalah kokoh, sejahtera bagaikan kokohnya paku yang tertancap yakni SIMAARUDDUNYA.

2. Gareng, dari bahasa Arab “Naala Qoriin” (diucapkan lidah Jawa: nala gareng), yang artinya memperoleh banyak kawan,

3. Petruk, dari bahasa Arab “Fatruk” yang artinya tinggalkan

Diambil dari kalimat FATRUK KULLU MA SIWALLAHI yaitu tinggalkanlah segala yang selain Allah.

4. Bagong, dari bahsa Arab “Bagha” yang artinya lacut atau berontak, yaitu memberontak terhadap sesuatu yang zalim.

Kadang muncul juga tokoh ‘Togog’ yang dimunculkan dari kata ‘Thogut’ (Iblis)

Dalam pergelaran wayang, keempat tokoh Punakawan itu selalu keluar pada waktu yang tak bersamaan. Biasanya, tokoh Semar yang dimunculkan pertama kali, baru kemudian diikuti Gareng, Petruk, dan terakhir Bagong. Secara tak langsung urutan tersebut menunjukkan ajakan (dakwah) yang diserukan para wali zaman dahulu agar meninggalkan kepercayaan animisme, dinamisme, dan kepercayaan-kepercayaan lain menuju ajaran Islam.

Jika Punakawan ini disusun secara berurutan, Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong, secara harfiah bermakna, “Berangkatkan menuju kebaikan, maka kamu akan meninggalkan kejelekan.”

Tafsiran lain menyatakan….


Semar berasal dari kata Sammir yang artinya “siap sedia”. Namun, ada pula yang meyakini bahwa kata Semar berasal dari bahasa arab “Ismar”. Menurut orang yang berpendapat ini, lidah orang Jawa membaca kata is- menjadi se-. Contohnya seperti Istambul dibaca Setambul atau Isnain menjadi Senin.

Ismar berarti paku. Tak heran, jika tokoh Semar selalu tampil sebagai pengokoh (paku) terhadap semua kebenaran yang ada. Ia selalu tampil sebagai penasihat.

Gareng berasal dari kata Khair yang bermakna kebaikan. Versi lain meyakini, Nala Gareng diadaptasi dari kata “Naala Qariin”. Orang Jawa melafalkannya menjadi Nala Gareng. Kata ini berarti “memperoleh banyak teman”. Hal itu sesuai dengan dakwah para aulia sebagai juru dakwah untuk memperoleh sebanyak-banyaknya umat agar kembali ke jalan Allah SWT dengan sikap arif dan harapan yang baik.

Petruk berasal dari kata Fatruk yang berarti meninggalkan. Selain itu, ada juga yang berpendapat kata Petruk diadaptasi dari kata Fatruk-kata pangkal dari sebuah wejangan (petuah) tasawuf, “Fat-ruk kulla maa siwalLaahi” (tinggalkan semua apa pun yang selain Allah).

Bagong, diyakini berasal dari kata Bagho yang artinya lalim atau kejelekan. Pendapat lainnya menyebutkan, Bagong berasal dari kata Baghaa yang berarti berontak. Yakni, berontak terhadap kebatilan dan keangkaramurkaan.

Keempat tokoh tersebut memiliki bentuk yang lucu dan aneh, begitu pula dengan watak dan pola perilakunya yang unik. Semar digambarkan sebagai sosok manusia yang bijaksana dan kaya akan ilmu pengetahuan. Ia mempunyai sumbangsih besar melalui petuah-petuah yang disampaikan kepada para majikannya, meski terkadang dengan cara bercanda.

Tokoh Gareng memiliki pemikiran yang cerdik, tetapi kurang dapat menyampaikannya secara lugas, sehingga seringkali dianggap sebagai tokoh di balik layar. Sementara itu, Petruk adalah tokoh yang kurang cerdas tapi banyak omong, sedangkan Bagong merupakan bayang-bayang Semar. Bagong memiliki sikap yang kritis dalam menyampaikan aspirasi secara humoris.

Wallahua’lam

Diolah dari berbagai sumber. http://bit.ly/1OmHxrD
http://www.berdecak.top/2015/12/subhanallaah-ternyata-4-sekawan-semar-gareng-petruk-bagong-itu-metode-dakwah-islam.html